Minggu, 31 Mei 2015

FUNDAMENTALISME

Pertemuan Metodologi Studi Islam yang terakhir  yaitu tanggal 26 Mei 2015
Hari ini merupakan pertemuan metodologi studi islam yang terakhir, yaitu membahas tentang FUNDAMENTALISME. Alhamduillah saya dapat mengikuti pembelajarannya dengan baik.
Fundamentalisme adalah orang yang mengalami GAP.
GAP adalah jurang antara idealitas dan realitas.
Berarti  Fundamentalisme adalah orang yang tidak bias menyeimbangkan antara idealitas dan realitas.
Cirri – cirri orang fundamentalisme :
    1.      Eksistensi yaitu kita tidak banyak tau tentang orang tersebut, walaupun kita satu lingkungan dengannya, kita tidak mengerti masa lalunya seperti apa sehingga kita tidak mengetahui aslinya.  
    2.      Alienansi yaitu orang yang asing. Misalnya saja adanya perbedaan politik, budaya  dan ekonomi dengan umumnya.
Fundamentalisme dapat dilihat dari perpekstif kritis. Fundamentalisme dapat dilihat sebagai kritik terhadap kehidupan keagamaan yang selama ini berkembang.
Sebagai suatu konsep fundamentalisme menandakan tiga unsure:
1.      Fenomena keagamaan.
2.      Penolakan terhadap dunia sebagai reaksi terhadap perubahan social dan kultur yang dipersepsikan sebagai kritis.
3.      Reaksi defensive dengan berupaya mempertahankan atau merestorasi tatanan social masa lalu yang diidealkn atau di imajinasikan sebagai paling otentik dan benar.

Karakteristik yang paling menonjol pada fundamentalisme adlah skripturalisme (kitabiy) yakni, keyakinan harfiah terhadap kitb suci yang merupakan firman tuhan, dan dianggap tidak ada kesalahan.
Beberapa prinsip metodologi :
1.      Oposisionalisme (Al- Muaridhah)
2.      Penolakan terhadap hermeneutikaa.
3.      Penolakan terhadap pluralisme dan relativisme.
4.      Penolakan terhadap perkembangan historis dan sosiologis.


Musda mulia melihat bahawa tumbuh suburnya fundamentalisme setidaknya didukung oleh tiga factor :
1.      Kekuatan global, dimana kebijakan amerika sangat timpang terhadap negaraa – Negara muslim sehingga menimbulkan kebencian.
2.      Pengaruh demokrasi.
3.      Kegagalan pemerintah sekuler dalam menyejahterakan rakyat sehingga muncul alasan menggantikan Negara sekuler dengan Negara teokrasi.

Jangan pernah berputus ada jika menghadapi kesulitan, karena setiap tetes air hujan yang jernih berasal daripada awan yang gelap.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar