Sikap Keberagamaan
Intrinsik Dan Ekstrinsik
Alhamdulillah ..
seperti biasanya, selasa tanggal 07 April 2015 kami masuk kuliah pada jam ke
dua yaitu sekitar jam 08.40 WIB dengan mata pelajaran metodologi studi islam.
Pada kuliah hari ini kami membahas tentang sikap keberagamaan intrinsik dan ekstrinsik, serta
sejarah awal studi islam. Ya… seperti biasanya juga, sebelum materi dibahas
secara mendetail oleh dosen pengampu, terlebih dulu mahasiswa disuruh maju
untuk membacakan rangkumannya secara bergantian, tentu saja hanya beberapa
orang. Entah mengapa, setiap pelajaran metodologi studi islam selalu ada
semangat tersendiri yang muncul. Mungkin cara mengajar, Beliau sangatlah santai
tetapi tentunya juga masuk kedalam otak.. heheh….Ya,., santai tapi serius.
Selalu ada motivasi – motivasi atau guyonan – guyonan yang diselipkan di dalam
materi yang disampaikan.
Menurut Alport, ada dua
macam cara beragama yaitu, ekstrinsik dan intrinsik.
Ekstrinsik memandang
agama sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan bukan untuk kehidupan. Agama
sebagai penunjang motif- motif lain, seperti kebutuhan akan status, rasa aman,
atau harga diri. Cara ekstrinsik tidak dapat menimbulkan masyarakat yang penuh
kasih sayang karena hanya menunjang kebuthan diri seseorang tersebut,. Yang timbul
dari masyarakat hanyalah iri hati dan kebencian.
Intrinsic yang dianggap
menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat. Agama dipandang sebagai
comprehensive commitment dan riving intergration motive yang mengatur seluruh
hidup seseorang. Maka intrinsic menimbulkan masyarakat yang penuh kasih sayang
karena mereka beragama untuk dirinya dan Tuhannya secara iklas tanpa pamrih.
SEJARAH AWAL STUDI
ISLAM
Studi islam sebagai
sebuah praktek sudah berlangsung sejak awal pertumbuhan Islam, yakni pada masa
hidup nabi Muhammad SAW, tetapi pada masa nabi belum bisa disebut studi islam
sebagai displin keilmuan yang dilakukan secara sistematis dan tersetruktur.
Studi Islam berlangsung dalam berbagai bentuk, ada
khutbah, dialog, forum- forum diskusi. Tempat yang sering digunakan adalah di
Masjid (halqoh dan ribath).Selanjutnya studi islam berkembang searah dengan
perkembangan lembaga pendidikan islam.
Menurut
azra, studi islam berkembang dari sorogan dan khutbah dirumah yang bersifat
individual ke sistem khutab kemudian ke masjid dank e sistem madrasah. Menurut
Stanton, khuttab (lembga awal yang mengkaji islam) dibagi menjadi dua, khutab
sekuler dan khutab agama.
Aspek penting studi islam pada masa ke.emasan Islam dalah
perpustakaan. Masa selanjutnya studi islam tidak berkembang di negara- negara
islam tetapi dinegara barat juga. Yang ditandai dengan salah satunya penyalinan
manuskrip- manuskrip kedalam bahasa
latin sejak abad ke 13 M hungga bangkitnya zaman bangunan (Renaissance )
Eropa Abad ke 14.