Kamis, 30 April 2015

Sikap Keberagamaan Intrinsik Dan Ekstrinsik



Sikap Keberagamaan Intrinsik Dan Ekstrinsik
Alhamdulillah .. seperti biasanya, selasa tanggal 07 April 2015 kami masuk kuliah pada jam ke dua yaitu sekitar jam 08.40 WIB dengan mata pelajaran metodologi studi islam. Pada kuliah hari ini kami membahas tentang sikap  keberagamaan intrinsik dan ekstrinsik, serta sejarah awal studi islam. Ya… seperti biasanya juga, sebelum materi dibahas secara mendetail oleh dosen pengampu, terlebih dulu mahasiswa disuruh maju untuk membacakan rangkumannya secara bergantian, tentu saja hanya beberapa orang. Entah mengapa, setiap pelajaran metodologi studi islam selalu ada semangat tersendiri yang muncul. Mungkin cara mengajar, Beliau sangatlah santai tetapi tentunya juga masuk kedalam otak.. heheh….Ya,., santai tapi serius. Selalu ada motivasi – motivasi atau guyonan – guyonan yang diselipkan di dalam materi yang disampaikan.
Menurut Alport, ada dua macam cara beragama yaitu, ekstrinsik dan intrinsik.
Ekstrinsik memandang agama sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan bukan untuk kehidupan. Agama sebagai penunjang motif- motif lain, seperti kebutuhan akan status, rasa aman, atau harga diri. Cara ekstrinsik tidak dapat menimbulkan masyarakat yang penuh kasih sayang karena hanya menunjang kebuthan diri seseorang tersebut,. Yang timbul dari masyarakat hanyalah iri hati dan kebencian.
Intrinsic yang dianggap menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat. Agama dipandang sebagai comprehensive commitment dan riving intergration motive yang mengatur seluruh hidup seseorang. Maka intrinsic menimbulkan masyarakat yang penuh kasih sayang karena mereka beragama untuk dirinya dan Tuhannya secara iklas tanpa pamrih.

SEJARAH AWAL STUDI ISLAM
Studi islam sebagai sebuah praktek sudah berlangsung sejak awal pertumbuhan Islam, yakni pada masa hidup nabi Muhammad SAW, tetapi pada masa nabi belum bisa disebut studi islam sebagai displin keilmuan yang dilakukan secara sistematis dan tersetruktur.
            Studi Islam berlangsung dalam berbagai bentuk, ada khutbah, dialog, forum- forum diskusi. Tempat yang sering digunakan adalah di Masjid (halqoh dan ribath).Selanjutnya studi islam berkembang searah dengan perkembangan lembaga pendidikan islam.
                Menurut azra, studi islam berkembang dari sorogan dan khutbah dirumah yang bersifat individual ke sistem khutab kemudian ke masjid dank e sistem madrasah. Menurut Stanton, khuttab (lembga awal yang mengkaji islam) dibagi menjadi dua, khutab sekuler dan khutab agama.
Aspek penting studi islam pada masa ke.emasan Islam dalah perpustakaan. Masa selanjutnya studi islam tidak berkembang di negara- negara islam tetapi dinegara barat juga. Yang ditandai dengan salah satunya penyalinan manuskrip-  manuskrip kedalam bahasa latin sejak abad ke 13 M hungga bangkitnya zaman bangunan (Renaissance ) Eropa  Abad ke 14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar